Bajing kelapa adalah sejenis mamalia kecil yang termasuk keluarga bajing (Sciuridae). Secara umum, di banyak tempat di
Indonesia, hewan ini dikenal dengan nama bajing (saja) atau
tupai (saja) dan juga tupai kelapa. Dua nama yang akhir ini secara ilmiah tidak
tepat (lihat pada artikel tupai).
Hewan ini dalam bahasa Inggris
disebut Plantain squirrel. Sementara nama ilmiahnya adalah Callosciurus
notatus.
Pemerian
Mamalia kecil arboreal dengan ekor seperti
sikat. Panjang kepala dan tubuh (KT) 150-225 mm, dan ekornya 160-210 mm. Beratnya antara
150-280 gram.
Sisi atas tubuh kecoklatan, dengan bintik-bintik halus kehitaman dan
kekuningan. Di sisi samping tubuh agak ke bawah, di antara tungkai depan dan
belakang, terdapat setrip berwarna bungalan (pucat kekuningan) dan hitam. Pada
beberapa anak jenis, setrip ini agak pudar dan tak begitu mudah teramati di
lapangan.
Sisi bawah tubuh (perut) jingga atau kemerahan, terang atau agak gelap.
Kebanyakan anak jenis dideskripsikan dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan
pada warna rambut di bagian ini, yang bervariasi mulai dari abu-abu sedikit
jingga sampai coklat berangan gelap.
Ekor coklat kekuningan berbelang-belang hitam. Terdapat variasi dengan
ujung ekor berwarna kemerahan.
Kebiasaan dan penyebaran
Bajing kelapa aktif di siang hari (diurnal). Seperti namanya, bajing ini sering
ditemukan berkeliaran di cabang dan ranting pohon, atau melompat di antara
pelepah daun di kebun-kebun kelapa dan juga kebun-kebun lainnya. Ia melubangi dan memakan
buah kelapa, yang muda maupun yang tua, dan menjadi hama
kebun yang cukup serius. Di samping itu, bajing kelapa juga memakan berbagai buah-buahan, pucuk, pepagan, dan aneka serangga yang ditemuinya. Dilaporkan pula bahwa
bajing ini kadang-kadang merusak kulit ranting karet
untuk menjilati getahnya.
Hewan ini merupakan salah satu jenis mamalia liar yang paling mudah
terlihat di kebun pekarangan, kebun campuran (wanatani), hutan
sekunder, hutan kota dan taman,
serta beberapa jenis hutan di dekat pantai. Bajing kelapa terutama menyebar luas di dataran rendah
hingga wilayah perbukitan. Hewan yang tinggal berdekatan dengan
pemukiman dapat menjadi terbiasa dengan manusia dan berani mendekati rumah,
bahkan mengambil makanan yang disodorkan manusia.
Di pagi dan sore hari, kerap terdengar bunyinya yang tajam bergema, “ ..chek..
chek-cek-cek-cek-cek.. ”; atau bunyi tunggal nyaring “ .. chwit !”,
yang dikeluarkannya sambil menggerak-gerakkan ekornya. Sarangnya sering
ditemukan di lubang-lubang kayu atau di antara pelepah daun palma,
berupa bola dari ranting dan serat tumbuhan berlapis-lapis. Bajing kelapa
melahirkan anak hingga empat ekor, dan dapat beranak kapan saja sepanjang
tahun.
Bajing kelapa didapati mulai dari Semenanjung Malaya
(termasuk di wilayah Thailand), Sumatra, Borneo, Jawa, Bali
dan Lombok, serta pulau-pulau di sekitarnya.
Jenis yang serupa
Di lapangan, bajing kelapa sangat mirip dan sering terkelirukan dengan
beberapa jenis hewan berikut:
- Bajing hitam (C. nigrovittatus), di Thailand, Semenajung Malaya, Sumatra dan Jawa. Perut berwarna abu-abu.
- Bajing telinga-totol (C. adamsi), terbatas di Borneo. Memiliki bercak pucat di belakang telinganya, berukuran sedikit lebih kecil (KT hingga sekitar 183 mm).
- Bajing-kerdil perut-merah (Glyphotes simus), terbatas di Borneo. Serupa C. adamsi, hanya berukuran jauh lebih kecil (KT hingga 144 mm).
- Bajing kelabu (C. orestes), terbatas di Borneo. Bercak pucat di belakang telinga dan perut berwarna abu-abu.
- Tupai kekes (Tupaia javanica), di Sumatra dan Jawa. Bentuk telinga serupa telinga orang; tanpa setrip bungalan-hitam di pinggir perut, dan memiliki bercak bungalan di pundaknya.
Sumber Referensi
Wikipedia indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar